Kota Bima ( Metro NTB)
Direktur LSM Perhuttani Peduli ekonomi rakyat hutan tani nelayan Indobesia, " Megawan, " menuding Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) terkesan membiarkan terjadinya pembabatan vegetatif yang diganti dengan jagungnisasi sebagai pemicu terjadinya bencana banjir yg melanda Kota Bima tahun 2021.
Pernyataan ini saya sampaikan supaya pememerintah dapat segera meninjau kembali kebijakan pemerintah tentang ijin apapun namanya dihutan tutupan , terutama hutan Ncai Kapenta dan hutan Ndano Nae.
Bukan itu saja , tapi saya merasa miris dengan cara polhut yg membakar saung petani hanya disekitar ndano nae saja, sementara dihutan tutupan ncai kapenta terkesan dibiarkan , dan ini tebang pilih namanya.
Kepada Metro NTB ,Megawan meminta kepada Pemerintah Pusat untuk meninjau kembali kebijakan pengelolaan hutan yg dilakukan oleh propinsi NTB, sebab kebijakan jarak jauh ini akan tidak maksimal untuk mengawasi .
Mega, selaku Warga Jati baru yg melihat langsung terjadinya banjir yg merusak dan menhayutkan jembatan Jati Baru timur tahun 2021 tersebut , mengatakan bahwa terjadinya banjir itu akibat dari alih fungsi hutan , oleh warga petani yang membabat vegetatif yg dianggap tidak menguntungkan, dan mengganti dengan tanaman jagung yg dinilai sangat menguntungkan ." Akan tetapi membahayakan masyarakat lain "
Mega juga berencana, bahwa dalam waktu dekat akan bersurat kepada Mentri Kehutanan dan Kementrian Lingkungan hidup , untuk meminta supaya kembalikan fungsi hutan seperti sumula ,cegah jagungnisasi yg membahayakan sebahagian kehidupan .pintanya
Kepala BKPH Bima, yg ingin dikonfirmasi atas tudingan itu , tidak ada ditempat lagi keluar kesape 01