Penulis : Sri Sanaliati, Mahmudan,Riyadi Rumain
Materi yang tercantum dalam beberapa bahan ajar tersebut juga rata-rata relevan dengan perkembangan zaman, sehingga lebih mudah untuk diterima siswa. Namun penyuguhannya cenderung kaku, sehingga kurang menarik bagi siswa.
Agar memudahkan siswa menerima materi, ada baiknya guru menghadirkan kisah-kisah yang mudah diingat, sekaligus menanamkan jiwa pancasila. Misalnya kisah sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang tercantum dalam novel Kereta Semar Lembu.
Dengan latar penjajahan Belanda dan teknik naratif yang mendalam, novel karya Zaky Yamani ini memiliki potensi besar sebagai media pembelajaran yang efektif dan bermakna. Novel Kereta Semar Lembu menghadirkan kisah berlatar masa penjajahan Belanda, sebuah periode penting dalam sejarah Indonesia.
Latar ini memberikan peluang bagi siswa untuk memahami peristiwa sejarah melalui perspektif yang lebih hidup dan kontekstual. Tidak hanya berfokus pada fakta sejarah, cerita dalam novel ini juga menggambarkan konflik sosial dan perjuangan individu melawan penindasan.
Melalui cerita, siswa diajak untuk tidak hanya membaca tetapi juga memahami latar sosial-historis yang menjadi bagian dari identitas bangsa.
Pendekatan seperti ini dapat memperkaya pemahaman siswa terhadap sejarah, membuatnya lebih menarik dan relevan dibandingkan hanya membaca buku teks sejarah yang cenderung kaku.
Salah satu keunggulan novel ini adalah penggunaan teknik naratif fokalisasi eksternal dan internal. Fokalisasi eksternal membantu siswa memahami peristiwa dari sudut pandang yang objektif, seperti bagaimana penjajahan memengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Di sisi lain, fokalisasi internal membawa pembaca menyelami batin karakter, merasakan konflik emosional mereka, dan memahami motivasi di balik tindakan mereka.
Teknik ini memungkinkan siswa untuk merasakan apa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita, sehingga membantu membangun empati. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya diajak menganalisis teks, tetapi juga merefleksikan nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang terkandung dalam cerita.
Ini menjadikan pembelajaran sastra lebih dari sekadar tugas akademik ia menjadi alat untuk membentuk karakter. Pemanfaatan novel Kereta Semar Lembu sebagai bahan ajar juga memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Guru dapat mendorong siswa untuk menganalisis teknik naratif yang digunakan dalam novel, seperti bagaimana sudut pandang memengaruhi persepsi pembaca terhadap karakter atau peristiwa.
Selain itu, siswa dapat diajak untuk membandingkan bagaimana peristiwa dalam novel ini berkaitan dengan fakta sejarah yang mereka pelajari di kelas. Diskusi-diskusi seperti ini tidak hanya memperdalam pemahaman siswa terhadap cerita, tetapi juga melatih mereka untuk berpikir analitis dan menyusun argumen yang logis.
Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah bagaimana membuat siswa tertarik pada materi yang diajarkan. Novel Kereta Semar Lembu, dengan alur cerita yang menarik dan tema yang relevan, dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini.
Guru dapat merancang pembelajaran berbasis novel yang interaktif, seperti diskusi kelompok, pementasan adegan dari novel, atau penulisan esai reflektif. Pendekatan ini tidak hanya membuat siswa lebih terlibat, tetapi juga memperkuat keterampilan mereka dalam berbicara, menulis, dan bekerja sama.
Novel Kereta Semar Lembu adalah contoh bagaimana karya sastra dapat digunakan untuk memperkaya pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan latar sejarah yang mendalam, teknik naratif yang kompleks, dan nilai-nilai moral yang relevan, novel ini tidak hanya meningkatkan keterampilan literasi siswa tetapi juga memperluas wawasan mereka tentang sejarah dan nilai-nilai kemanusiaan.
Sebagai pendidik, penting bagi kita untuk tidak hanya melihat sastra sebagai bahan bacaan, tetapi juga sebagai alat untuk membentuk pemikiran, karakter, dan empati siswa. Dengan memanfaatkan karya seperti Kereta Semar Lembu, pembelajaran Bahasa Indonesia dapat menjadi lebih bermakna, relevan, dan inspiratif bagi generasi muda. 05
• Penulis adalah mahasiswa magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)